Connect with us

Kementrian Agama RI

Menag dan Sekjen IIFA Bahas Peran Masjid untuk Pendidikan Islam

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menerima kunjungan Sekretaris Jenderal International Islamic Fiqih Academy (IIFA), Koutoub Moustapha Sano, di Kantor Pusat Kementerian Agama RI, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta. Pertemuan ini turut dihadiri oleh Dirjen Bimas Islam, Kamaruddin Amin.

Diskusi antara Menag dan Sekjen IIFA membahas peran masjid dalam mendidik masyarakat melalui khutbah yang terstruktur dan relevan. Sekjen IIFA menyampaikan pengalamannya sebagai Menteri Agama di negaranya, di mana ia mengatur khutbah Jumat dengan tema yang seragam di semua masjid.

“Kita akan katakan, hari ini, Jumat ini, kita akan bicara tentang, misalnya, maslahat, atau berbicara tentang melawan korupsi. Jadi semua masjid harus membahas ini. Karena jika kita tidak melakukannya, beberapa masjid akan melakukan sesuatu yang tidak relevan bagi masyarakat,” jelas Sekjen IIFA, Kamis (21/11/2024).

BACA JUGA  Asesmen PTIQ, Menag akan Kenalkan Keilmuan Islam Indonesia pada Dunia

Dia juga menekankan pentingnya melatih para khatib untuk memastikan khutbah yang diberikan berkualitas. “Saya tidak mengontrol isinya, tetapi saya ingin mengontrol topiknya. Topiknya harus baik, penting, dan orang-orang belajar darinya,” tambahnya.

Sekjen IIFA menilai langkah ini efektif dalam melawan ekstremisme melalui khutbah yang benar dan edukatif. Ia juga menegaskan kesiapan IIFA untuk bekerja sama dengan Kemenag dalam membangun pendidikan Islam yang moderat dan toleran.

“Ini adalah langkah bagus untuk melawan terorisme melalui khutbah yang benar, mencegah khutbah yang salah yang bisa meracuni audiens dengan informasi keliru tentang Islam. Hal ini membantu menjaga harmoni dan kohesi dalam masyarakat,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Menag Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa di Indonesia, masyarakat memiliki kebebasan dalam mengelola masjid, termasuk dalam memilih materi khutbah. Namun, Kemenag telah menyediakan panduan berupa 4-5 contoh khutbah yang dapat diakses melalui situs web dan media sosial.

BACA JUGA  Kerja Sama Haji 1446 H: Menag RI Nasaruddin Umar Pastikan Pelayanan Jamaah di Arab Saudi

“Dan itu sangat banyak diunduh, mencapai ribuan. Namun, kami tidak bisa memaksa orang untuk menggunakan atau membacanya. Di Indonesia, kebanyakan masjid dibangun oleh masyarakat, sehingga kami tidak bisa memaksa mereka,” ujar Menag.

Menag juga mengapresiasi fenomena pendidikan Islam yang semakin berkembang di masjid-masjid Indonesia. “Ada fenomena baru di Indonesia saat ini. Setelah Maghrib dan juga setelah Subuh, ada ceramah. Saya pikir ini adalah fenomena yang sangat baik,” katanya.

“Dua dekade yang lalu, hanya beberapa masjid tertentu yang melakukan itu. Sekarang, hampir semua masjid di Indonesia menggunakan waktu ini untuk memberdayakan pendidikan Islam bagi masyarakat setelah Maghrib dan Isya,” lanjutnya.

Selain membahas khutbah, diskusi juga menyoroti potensi besar zakat dan wakaf dalam mengatasi masalah sosial. Menurut Menag, jika dikelola dengan baik, zakat dan wakaf dapat digunakan untuk menciptakan sekolah dan mengentaskan kemiskinan. (*)

BACA JUGA  Gelar Rapim Perdana, Menag Minta Jajarannya Solid
Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Sebut 30 Profesor Alumni Bahrul Ulum, Bukti Pesantren Jadi Lumbung Intelektual Islam

Published

on

Kitasulsel–JOMBANG Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai, pondok pesantren memiliki peran strategis sebagai epicentrum atau pusat peradaban Islam di Indonesia, karena mengajarkan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas.

Hal ini Menag sampaikan saat menghadiri Simposium Paralel 30 Profesor Alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang dalam rangka Peringatan 2 Abad Bahrul Ulum.

“Kenapa pondok pesantren? Karena di pesantren ada keseimbangan antara iqra’ dan bismirabbik. Iqra’ berarti fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan bismirabbik menegaskan dimensi spiritual dan nilai agama. Kombinasi antara ilmu dan agama inilah yang akan melahirkan peradaban yang lebih permanen, menyentuh aspek jasmani sekaligus rohani,” ujar Menag, Rabu (15/10/2025).

Menag mencontohkan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas sebagai salah satu pesantren yang layak menjadi pusat peradaban Islam di Indonesia. Ia menyebut, pesantren ini telah melahirkan banyak tokoh, termasuk 30 profesor dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi nasional yang kini turut berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

BACA JUGA  Asesmen PTIQ, Menag akan Kenalkan Keilmuan Islam Indonesia pada Dunia

“Di antara sekian banyak pondok pesantren di Indonesia, salah satu yang paling tepat menjadi pusat peradaban Islam adalah Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Tadi kita berkumpul bersama 30 profesor yang lahir dari rahim pesantren ini. Di antara mereka, ada juga para direktur dan akademisi yang kini berperan penting dalam pembangunan bangsa,” jelas Menag.

Menag juga mengingatkan agar masyarakat, khususnya santri, tetap menjaga tradisi kesantunan dan nilai keislaman, yaitu tradisi meminta maaf dan memaafkan. “Inilah tradisi pesantren. Begitu seseorang meminta maaf, maka dimaafkan. Maka, saya kira inilah tradisi luhur pesantren, tradisi meminta maaf dan memaafkan,” pesan Menag.

Dalam kesempatan tersebut, Menag juga menyerahkan bantuan Kementerian Agama sebesar Rp200 juta untuk rehabilitasi asrama pesantren, yang secara simbolis diterima langsung oleh Ketua Majelis Pengasuh PPBU Tambakberas, KH Hasib Wahab Hasbullah.

BACA JUGA  Kerja Sama Haji 1446 H: Menag RI Nasaruddin Umar Pastikan Pelayanan Jamaah di Arab Saudi

Sementara itu, Ketua Umum Yayasan PPBU, Wafiyul Ahdi, menyampaikan bahwa peringatan dua abad Bahrul Ulum menjadi momentum refleksi atas perjuangan para pendiri pesantren dan langkah menyiapkan generasi baru di abad ketiga.

“Simposium ini menjadi wadah bagi para guru besar dan alumni untuk memberikan gagasan tentang masa depan pesantren. Kami mengusung konsep keberlanjutan agar Bahrul Ulum terus melahirkan generasi berilmu, berakhlak, dan berdaya,” ujar Wafiyul Ahdi.

Ia menambahkan, 30 profesor alumni Bahrul Ulum berasal dari sedikitnya 16 perguruan tinggi, antara lain UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maliki Malang, UIN KHAS Jember, IPB, UGM, dan UNESA. Jumlah tersebut menunjukkan kontribusi pesantren terhadap dunia akademik nasional.

BACA JUGA  Terima Dubes Ukraina, Menag Bahas Pertukaran Pelajar, Hingga Kedatangan Grand Mufti

Turut hadir Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kebijakan Publik, Media, dan Pengembangan SDM Ismail Cawidu; Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag Thobib Al Asyhar; Sekretaris Menteri Agama Akmal Salim Ruhana; dan Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur Akhmad Sruji Bahtiar. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel