Connect with us

Danny Pomanto Buka Ceremony Dies Natalis ke-60 Fakultas Teknik Arsitektur Unhas

Published

on

Kitasulsel—MAROS,- Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto secara resmi membuka Ceremony Dies Natalis ke-60 Fakultas Teknik Arsitektur Unhas di Tokka Tena Rata, Maros Sabtu, (21/10/2023).

Danny Pomanto sapaan akrab Ramdhan Pomanto mengatakan pada dunia sekarang ini arsitek ialah seorang solusint atau orang yang selalu mencari solusi. Itulah kata Danny, para engineering, anak teknik arsitektur, pemuda arsitektur.

“Kenapa saya sampaikan seperti ini? Dunia kita ini luas jadi jangan dipersempit, jangan kita terperangkap oleh dunia kita sendiri. Mereka para arsitek itu punya ide, gagasan yang selalu baru dan tidak pernah ada di dunia,” kata Danny memberi semangat kepada mahasiswa arsitektur di sela-sela peringatan.

Ia menjelaskan, ilmu arsitektur itu intinya ialah ilmu desain; kulit Tuhan. Kalau masuk ke dalam dengan atmosfer lebih dalam lagi maka menjadi ilmu bentuk.

“Ternyata intinya adalah ilmu pikir dan konsep. Makanya saya desain itu lorong menjadi lorong wisata. Jadi memang tidak gampang itu. Apalagi melakukan pelibatan ke masyarakat itu sulit tetapi bisa asal ada inisiatif,” ucap dia.

Termasuk, dia mengarahkan agar memperbanyak outing class dalam momentum dies natalis ini.

Pasalnya, dengan outing class makin memberikan respons positif terhadap panca indera sensorik bahkan panca indera ke enam dapat termaksimalkan.

Ia memisalkan, lokasi Tokka ini didesain sulit. Lantaran berkomitmen tidak menebang pohon, tidak menggeser batu besar karena bagian dari alam.

“Yang dilihat apa yang kita desain dan apa potensi yang ada. Itu tantangan bagi anak-anakku sekalian. Apalagi sekarang juga ada googling. Pun mumpung kampus ini kampus terbaik maka jangan sia-siakan. Tugas anakku sekalian belajar buatlah sesuatu beda yang belum ada di dunia,” ungkapnya.

“Harapan saya momen 60 tahun ini momentum luar biasa. Kami doakan jurusan arsitektur terus berjaya mumpung saya masih wali kota manfaatkan memang mi,” ajaknya.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Tenaga Ahli Menag Bidang Haji dan Hubungan Internasional Hadiri Pamitan Ditjen PHU

Published

on

KITASULSEL—TANGERANG SELATAN – Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 menjadi penutup perjalanan panjang Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama dalam mengelola layanan haji nasional. Mulai tahun 2026, tanggung jawab tersebut secara resmi akan diemban oleh Kementerian Haji dan Umrah.

Sebagai penanda pamitan sekaligus dokumentasi sejarah, Ditjen PHU Kemenag mempersembahkan sebuah karya monumental berupa buku bertajuk “Haji Indonesia Era Kementerian Agama”. Buku ini merekam memori kolektif 75 tahun penyelenggaraan haji oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Peluncuran buku tersebut dilakukan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama yang digelar di Tangerang Selatan, Selasa (16/12/2025). Rilis ditandai dengan penyerahan buku secara simbolis oleh Direktur Jenderal PHU Hilman Latief kepada Menteri Agama Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i, serta Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin.

Momen ini sekaligus menjadi ajang pamitan Ditjen PHU setelah puluhan tahun mengemban amanah besar penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.

“Kami bersyukur pelaksanaan haji terakhir oleh Kementerian Agama dapat berjalan dengan sukses. Tahun depan, penyelenggaraan haji akan dilaksanakan oleh Kementerian Haji dan Umrah,” ujar Hilman Latief.

Hilman mengungkapkan bahwa haji 2025 merupakan salah satu tantangan terberat Ditjen PHU karena kompleksitas persoalan dan dinamika kebijakan yang dihadapi. Namun demikian, pelaksanaannya dinilai sukses. Bahkan, Pemerintah Arab Saudi menilai penyelenggaraan haji Indonesia sebagai yang terbaik sepanjang masa, dengan indeks kepuasan jemaah yang terus meningkat dan berada pada kategori sangat memuaskan.

Menurut Hilman, 75 tahun pengelolaan haji bukanlah waktu yang singkat. Ia mengenang pesan Menteri Agama dan Wakil Menteri Agama bahwa meskipun ke depan penyelenggaraan haji beralih ke kementerian baru, Kementerian Agama tetap memiliki peran penting dalam menjaga memori dan pengetahuan kolektif umat Islam Indonesia tentang haji.

“Hari ini kami persembahkan buku Haji Indonesia Era Kementerian Agama. Mudah-mudahan buku ini dapat sampai ke para Rektor PTKIN, Kanwil Kemenag Provinsi, serta para pemangku kepentingan lainnya sebagai pegangan dan memori kolektif Kemenag,” harapnya.

Selain jajaran pimpinan Kementerian Agama, acara ini juga turut dihadiri oleh Tenaga Ahli Menteri Agama RI Bidang Haji dan Umrah serta Hubungan Internasional, yang selama pelaksanaan haji 2025 lalu menjadi garda terdepan dalam mendukung dan menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji.

Buku Akademik dan Komprehensif

Proses penyusunan buku “Haji Indonesia Era Kementerian Agama” dikoordinasikan oleh Sekretaris Ditjen PHU M. Arfi Hatim bersama tim dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Buku setebal sekitar 2.300 halaman ini ditulis oleh Hilman Latief dan tim dalam waktu relatif singkat setelah berakhirnya musim haji.

Penyuntingan dan pengemasan buku dipercayakan kepada Hadi Rahman dan Oman Fathurahman, filolog terkemuka yang juga dikenal sebagai editor buku Naik Haji di Masa Silam.

“Ini boleh jadi merupakan buku paling tebal dan paling komprehensif yang pernah ditulis tentang haji Indonesia,” ungkap M. Arfi Hatim.

Ia menambahkan, buku ini disusun berdasarkan sumber-sumber primer yang dimiliki Kementerian Agama serta referensi akademik yang kredibel, sehingga memenuhi standar penulisan ilmiah.

Buku tersebut diterbitkan dalam tiga jilid.

  • Jilid I: Dari Masa ke Masa, memuat narasi kronologis penyelenggaraan haji Indonesia dari tahun 1950 hingga 2025.
  • Jilid II: Ekosistem dan Kebijakan, berisi pembahasan tematik dan argumentatif mengenai berbagai kebijakan haji selama 75 tahun pengelolaan oleh Kemenag.
  • Jilid III: Adaptasi dan Inovasi, mengulas perjalanan inovasi dan pembaruan dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.

“Tiga jilid ini memiliki sudut pandang masing-masing, namun merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,” pungkas M. Arfi Hatim.

Dengan terbitnya buku ini, Kementerian Agama berharap warisan pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai pengabdian dalam penyelenggaraan ibadah haji tetap terjaga dan menjadi rujukan penting bagi generasi mendatang.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel