Connect with us

Kementrian Agama RI

Pesan Menag pada ASN, Jadi Teladan Syukur dan Sabar

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan ASN untuk selalu bersyukur dan sabar dalam menghadapi ujian kehidupan. Pesan ini disampaikan dalam tausiyah pada acara Doa Bersama Seluruh ASN Indonesiayang digelar secara daring.

“Alhamdulillah kita di Indonesia terjadi hal yang sangat menakjubkan. Dalam situasi mereka merasakan krismon yang sangat dahsyat, malah justru kita di Indonesia memberikan makanan gratis kepada murid-murid sekolah kita, perempuan hamil dan perempuan yang baru melahirkan,” ujar Menteri Agama Nasaruddin Umar, Kamis (4/9/2025).

Menag menegaskan, kondisi Indonesia yang tetap bisa menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di tengah krisis global harus disyukuri oleh para ASN. Ia menyebut bahwa rasa syukur tidak hanya berupa ucapan, tetapi juga tindakan nyata.

“Syukur itu ada action, ada interaksi antara yang berkebutuhan dan orang yang punya kelebihan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Menag mengajak ASN untuk meningkatkan kualitas syukur menjadi syakur, yaitu menerima apapun yang datang dari Allah, baik nikmat maupun musibah.

“Kalau orang sudah sampai ke tingkat syakur, semua apapun yang menimpa dirinya, kebaikan atau keburukan, dia syukuri semuanya,” katanya.

Dalam tausiyahnya, Menag juga mengingatkan agar ASN tidak terjebak dalam ujian kemewahan maupun penderitaan, tetapi menjadikan syukur dan sabar sebagai dua sayap kehidupan.

“Padahal kalau kita ingin hidup tenang, dua sayap kehidupan ini harus diubah, yaitu syukur dan sabar. Syukur pada saat kita mendapatkan kenikmatan, sabar pada saat mendapatkan ujian. Dua sayap kehidupan ini menerbangkan kita kembali,” tutur Menag.

BACA JUGA  BPJPH Resmi Berpisah dari Kementerian Agama, Menag: Makin Hebat Anak, Makin Bangga Orang Tua

Doa Menteri Agama bersama para ASN

Allah, ya Tuhan. Pagi hari yang cerah di ini. Kami para hamba-Hu yang terhimpun di dalam ASN, hadir bersama-sama mengalami media Zoom ini dalam rantai memanjatkan syukur atas karunia yang bermayakan kepada kami, bangsa kami, khususnya kami semuanya atasnya. Dan kami juga hadir di tempat ini untuk memutuskan agar persoalan-persoalan yang belum selesai di bangsa ini segera mungkin untuk selesaikan.

Bantulah kami ya Tuhan, Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rabbi. Kami mohon maunah-Mu, pertolongan-Mu, agar kami semua bukan hanya pandai mengikuti rikmat-Mu, tetapi juga pandai bersyukur, pandai bersabar.

Dan bersyukur banyak kebanggaan di hadapan kami, di tengah-tengah kami. Jadikanlah kami sebagai hamba yang pandai bersyukur, tapi juga pandai bersabar terhadap berbagai macam cobaan.

Bukan hanya kami mampu bersikap ikhlas, tetapi juga mampu bersikap istirahat. Ajarilah hamba-Mu, bukan hanya bisa bersikap kritis, tetapi juga bisa bersikap santun. Ajarilah kami semuanya para hamba-Mu, bukan hanya berani melakukan kebenaran, tetapi juga takut melakukan kelanggaran.

Ajarilah kami para hamba-Mu semuanya, bukan hanya pandai melihat kelemahan orang lain, tetapi juga pandai melihat kelemahan dirinya sendiri. Ajarilah kami para hamba-Mu, bukan hanya mampu mengetahui apa yang diamalkan, tetapi juga mampu mengamalkan apa yang diketahui.

BACA JUGA  Menag: Universalitas Ajaran Buddhis Jadi Sendi-Sendi Kearifan Lokal Dunia

Ajarilah kami para hamba-Mu, bukan hanya mampu berbicara banyak, tetapi juga mampu berbuat banyak. Ajarilah kami para hamba-Mu, bukan hanya mampu menjadi orang pintar, tapi juga mampu menjadi orang arif bijaksana. Ajarilah hamba-Mu, bukan hanya mampu menjadi orang yang bijak, tetapi juga mampu menjadi rakyat yang sanggup.

Ya Allah, kami semua memohon pengampunan-Mu. Karena mungkin di hadapan kami ada orang yang susah, belum kami bantu, padahal kami punya kemampuan. Ada orang yang didalami, belum kami lindungi. Ada orang yang terlantar, belum kami perhatikan.

Ada orang meminta maaf, belum kami maafkan. Ada hak orang lain, belum kami penuhkan. Ada kewajiban terhadap-Mu, ya Allah, belum kami tunaikan. Dan di dalam benak kami ada aibnya orang lain, tidak kami sembunyikan. Dan ada suguhan dosa maksiat, tidak kami tolak.

Ampunilah seluruh dosa dan kegilapan kami semuanya, ASM, terutama yang berkumpul dalam sepemimpin. Ampunilah juga para orang tua biologis dan orang tua intelektual skritual kami, khususnya para pahlawan kami yang telah mengagas melahirkan bangsa yang sangat kami cintai.

Ampunilah juga segala pemimpin bangsa kami. Jauhkan kami semua dari segala bentuk kita, perpecahan, bencana, dan petaka yang dapat mengembalikan bangsa kami ke titik 0.

BACA JUGA  Gelar Ngaji Budaya, Kemenag Angkat Tradisi dan Ekoteologi

Secara khusus kami juga memohon kepada amui Allah. Akhir-akhir ini bangsa kami diuji, jangan adanya konflik di beberapa tempat. Selesaikanlah urusan kami dan angkatlah seluruh perbedaan pendapat yang tidak pernah membuat kami.

Dan angkatlah semua penderitaan yang dialami bangsa kami. Berikanlah jalan keluar sesegera mungkin, apa yang menjadi problem bangsa kami ya Allah.

Kami sungguh sangat yakin bahwa Engkau, Tuhan kami, lebih menonjol sebagai Maha Pengasih Maha Penyayang, bukan sebagai Maha Penyiksa dan Maha Penghukum. Ya Allah, ya Tuhan kami, sepenuhnya kami serahkan dirinya kepada Kamu.

Genggamlah kami, rangkulah kami, jangan pernah Engkau melepaskan kami lagi. Karena kami yakin, kami semuanya merasakan bahwa Engkau memang betul-betul Tuhan kami yang mengerti terhadap konflik kami.

Ya Allah, masih panjang jalan yang harus kami tempuh. Masih besar tantangan yang harus kami lewati. Masih banyak tanya-jawab yang harus kami umbang. Dan masih beragam hambatan yang harus kami lewati selama kami sebagai anggota ASN.

Sinergikanlah segala potensi kami untuk melewati tantangan-tantangan itu. Kami yakin, bagaimana pun, tantangan itu lebih mudah kami lewati dengan baik jika Engkau harus mendampingi kami. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag: Kesantunan Bangsa Indonesia Lahir dari Tradisi Pesantren

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kesantunan dan keramahan bangsa Indonesia yang kerap dipuji oleh masyarakat dunia tidak muncul secara tiba-tiba. Nilai-nilai luhur tersebut lahir dari tradisi pesantren dan pendidikan karakter yang diwariskan para kiai serta lembaga keagamaan di Tanah Air.

Pernyataan itu Menag sampaikan saat memberikan amanat dalam Apel Hari Santri 2025 yang digelar di halaman kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (22/10/2025).

“Nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila bukanlah muncul secara tiba-tiba. Keramahan dan kesantunan bangsa Indonesia yang sering dipuji wisatawan asing tidaklah muncul begitu saja. Ia lahir dari pembentukan karakter bangsa yang dilakukan oleh pesantren dan lembaga keagamaan lainnya,” ujar Menag.

Menurutnya, tradisi pesantren telah tumbuh sejak abad ke-14, bahkan beberapa sumber menyebut sudah ada sejak abad ke-13. Pesantren pertama dirintis oleh Sunan Ampel di Surabaya pada tahun 1440, dan kemudian dilanjutkan oleh Sunan Giri di Gresik. Sejak saat itu, pesantren berperan besar dalam membangun peradaban dan keadaban publik di Nusantara.

BACA JUGA  Letakkan Batu Pertama Pusat Layanan STABN Sriwijaya, Menag: Bukti Negara Hadir

“Tradisi santri menghormati gurunya merupakan cerminan dari akhlak para sahabat terhadap Rasulullah SAW. Maka, kesantunan santri terhadap kiai diharapkan menular kepada sikap hormat anak kepada orang tuanya,” lanjut Menag.

Menag juga mengingatkan pentingnya menjaga komunikasi yang beradab dan jujur dalam kehidupan sosial. “Bahkan Allah SWT memerintahkan Nabi Musa agar berkata dengan lemah lembut kepada Fir’aun. Artinya, terhadap siapa pun, bahkan kepada yang keras sekalipun, Islam mengajarkan kita untuk tetap santun,” tegasnya.

Menag menutup amanatnya dengan apresiasi kepada para kiai dan santri yang terus menjaga eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan mandiri. “100 persen dari 45 ribu pesantren di Indonesia adalah swasta. Artinya, pesantren hidup di atas kaki sendiri tanpa ketergantungan kepada siapa pun. Terima kasih kepada para kiai dan para santri atas dedikasi dan perjuangannya,” ujar Menag.

BACA JUGA  Menag RI: MAN IC Harus Jadi Pusat Keunggulan Keilmuan dan Spiritual

Apel Hari Santri 2025 ini diikuti oleh jajaran pimpinan dan pegawai Kemenag, serta para santri baik luring maupun daring. Turut mendampingi Menag, Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i dan Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin.

Apel ini juga menjadi simbol kebersamaan lintas agama. Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung bertugas sebagai pembawa acara, Dirjen Bimas Katolik Suparman menjadi pemimpin upacara, naskah UUD 1945 dibacakan oleh Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, dan teks Pancasila oleh Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija.

Adapun Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno membacakan naskah Resolusi Jihad, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Ali Ramdhani memimpin pembacaan Ikrar Santri Indonesia, dan doa penutup dibacakan oleh Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad.

BACA JUGA  Kemenag Dukung KITATANGGUH untuk Perkuat Peran Rumah Ibadah dalam Mitigasi Bencana

Komandan barisan upacara terdiri atas Kepala Biro Umum Aceng Abdul Aziz, Direktur Pondok Pesantren Basnang Said, Direktur Zakat dan Wakaf Waryono, serta Sekretaris Dirjen Pendidikan Islam Arskal Salim.

Kehadiran seluruh unsur lintas agama ini menjadi wujud nyata komitmen Kemenag dalam memperkuat kerukunan umat, cinta kemanusiaan, dan moderasi beragama, sejalan dengan tema Hari Santri tahun ini: “Santri Penjaga Moral, Nilai, dan Peradaban Bangsa.” (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel