Connect with us

Kementrian Agama RI

Sempat Terdampak Konflik Israel-Iran, Menag: Penerbangan Haji Mulai Lancar Kembali

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa konflik antara Israel dan Iran sempat menjadi isu pada operasional penerbangan yang digunakan jemaah haji Indonesia.

Meski demikian, Menag menjelaskan bahwa saat ini jadwal penerbangan jemaah haji sudah mulai lancar.

“Ini yang kita khawatirkan, ya. Dengan penyerangan terhadap Doha (Qatar) itu kan agak sedikit menyerong ke kiri ya. Jadi itu bisa sedikit agak terganggu,” ujar Menag kepada media, usai menjadi pembicara di Konferensi Internasional Transformasi Pesantren, pada Selasa (24/6/2025), di Jakarta.

Menag menjelaskan bahwa jalur penerbangan pesawat haji yang melalui kawasan Timur Tengah sempat mengalami penyesuaian karena eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel.

BACA JUGA  Pemerintah Tetapkan 1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025

Hal ini berdampak pada setidaknya satu penerbangan yang mengalami keterlambatan dari jadwal yang harusnya.

“Tapi saya dengar hari ini sudah mulai lancar, karena agak sedikit menyerong ke kiri. Nah mudah-mudahan lah. Kita berdoa semoga situasi menjadi lebih baik,” lanjutnya.

Menag pun mengajak seluruh masyarakat untuk turut mendoakan keselamatan dan kelancaran proses ibadah haji, khususnya bagi para jemaah Indonesia yang saat ini tengah dalam masa pemulangan jemaah ke Tanah Suci.

“Saya dengar sudah mulai lewat ya pesawat-pesawat yang di sekitar Qatar. Mudah-mudahan lancar terus. Mohon doanya semuanya ya,” tutupnya.

Kementerian Agama pun terus berkoordinasi dengan otoritas penerbangan dan maskapai untuk memastikan seluruh penerbangan haji berlangsung aman dan sesuai jadwal, sambil memantau perkembangan situasi geopolitik yang tengah terjadi. (*)

BACA JUGA  49.218 Jemaah Haji Reguler Lunas Biaya Haji 2025
Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Terima Peserta Human Fraternity Fellowship, Menag Jelaskan Program Lintas Agama di Masjid Istiqlal

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama RI Nasaruddin Umar hari ini menerima kunjungan delegasi Zayed Award for Human Fraternity di Ruang VIP Masjid Istiqlal.

Delegasi ini terdiri dari 10 anggota program Human Fraternity Fellowship yang berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Uni Emirat Arab, India, Amerika Serikat, Burkina Faso, Zambia, Pakistan, dan Bangladesh.

“Kami di sini mewakili Sekretaris Jenderal kami, Judge Mohamed Abdelsalam. Kami sangat bersemangat bisa bertemu dengan Anda sebagai seseorang yang menjadi pejuang dialog lintas agama,” ujar Emily, juru bicara rombongan delegasi tersebut, Senin (11/8/2025).

Delagasi ini mengundang Menag untuk mengajukan nominasi penerima Zayed Award for Human Fraternity 2026, penghargaan global yang diberikan kepada individu yang berkontribusi luar biasa dalam mendorong kerukunan dan kebersamaan di tengah perbedaan.

BACA JUGA  Menag RI Buka Rapat Kerja Wilayah Kemenag Se-Maluku Utara di Ternate

Menag Nasaruddin menyambut kunjungan delegasi ini. Menag memperkenalkan beragam program lintas agama yang rutin dilaksanakan di Masjid Istiqlal.

“Ada program rutin lintas agama seperti makan bersama yang melibatkan tokoh agama Hindu, Buddha, Konghucu, Katolik, dan Protestan, serta dialog lintas agama. Istiqlal juga menjadi tuan rumah pertemuan duta besar dari lebih 50 negara, baik Muslim maupun non-Muslim, membahas diplomasi agama,” jelas Menag.

Ia juga menekankan bahwa keberadaan Masjid Istiqlal, yang berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta dan terhubung dengan Terowongan Persahabatan, menjadi simbol kuat kerukunan umat beragama di Indonesia.

“Masjid ini juga menjadi simbol toleransi. Lokasinya berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta, dihubungkan oleh terowongan persahabatan,” terangnya.

BACA JUGA  49.218 Jemaah Haji Reguler Lunas Biaya Haji 2025

Lebih lanjut, Menag membagikan kisah kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal pada tahun 2024 lalu. Ia menceritakan bahwa dirinya sempat mencoba berbicara dalam bahasa Arab dan Paus memahaminya.

“Saya mencoba berbicara dalam bahasa Arab, dan Paus mengerti. Saya pernah dengar bahwa sebelum menjadi Paus, beliau sudah mengunjungi beberapa negara Muslim seperti Suriah dan Sudan, sehingga beliau bisa berbicara bahasa Arab,” kenangnya. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel