LIPUTAN HAJI 2025
Dirjen PHU Pastikan Proses Pemvisaan Jemaah Haji Sudah Ditutup

Kitasulsel—Makkah—Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Hilman Latief memastikan Pemerintah Arab Saudi sudah menutup proses pemvisaan jemaah haji. Kebijakan ini berlaku bagi seluruh jenis visa haji, baik reguler, haji khusus, mujamalah, dan lainnya.
“Saya sudah mendapat konfirmasi dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi bahwa proses pemvisaan sudah tutup per 26 Mei 2025, pukul 13.50 waktu Arab Saudi (WAS),” tegas Hilman Letief di Jeddah, Rabu (28/5/2025).

“Penutupan ini berlaku bagi seluruh jenis visa haji, termasuk haji reguler dan haji khusus,” sambungnya.
Indonesia mendapat 221.000 kuota, terdiri atas 203.320 jemaah haji reguler dan 17.680 jemaah haji khusus. Menurut Hilman, untuk haji reguler, Kementerian Agama telah memproses visa bagi 204.770 jemaah.

“Jadi meski kuota haji reguler hanya 203.320, visa yang diproses mencapai 204.770. Ini karena ada jemaah yang sudah terbit visanya tapi batal berangkat karena berbagai alasan,” paparnya.
“Jumlah yang batal berangkat ini bahkan mencapai 1.450 jemaah reguler,” lanjutnya.
Dijelaskan Hilman, sampai dengan penutupan, pihaknya dalam penyiapan visa berkejar-kejaran dengan proses batal ganti. Setiap ada jemaah yang sudah terbit visanya namun membatalkan keberangkatan, segera diproses penggantinya.
Hal ini terus dilakukan sampai pada titik di mana tidak dimungkinkan lagi dilakukan proses penggantian. Karena saat ini sudah ditutup, berarti peluang pengurusan visa bagi pengganti jemaah yang batal berangkat juga sudah tidak memungkinkan.
“Saat pemvisaan ditutup, ada 203.279 visa jemaah yang sudah terbit dan siap berangkat, termasuk di dalamnya batal ganti,” sebut Hilman.
“Saat ditutup, masih ada 41 visa yang masih dalam proses pemvisaan. Ini artinya sudah tidak memungkinkan dilanjutkan prosesnya,” sambungnya.
Hilman berharap, jemaah yang sudah tervisa bisa berangkat ke Tanah Suci. Artinya, tidak ada lagi yang membatalkan keberangkatan sampai akhir masa pemberangkatan jemaah haji reguler pada 31 Mei 2025.
“Sehingga kuota haji tahun ini terserap maksimal, per hari ini tersisa 41 visa,” tegasnya.
Bagaimana dengan haji khusus? Dirjen PHU Hilman Latief menjelaskan bahwa ada 17.680 kuota bagi jemaah haji khusus Indonesia. Dari jumlah itu, ada 17.532 Visa yang sudah tercetak.
Dijelaskan Hilman, proses pengajuan visa haji khusus dilakukan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) pemegang user id e-hajj. Ada enam pemegang user id, yaitu: PT. Makassar Toraja Internasional, PT Patuna Mekar Jaya, PT Penata Rihlah, PT Aruna, PT Kafilah Maghfirah Wisata, PT Mega Citra Intinamandiri.
Humas
LIPUTAN HAJI 2025
Tidak Sekadar Diplomasi, Tenaga Ahli Menag RI Dr. H. Bunyamin M. Yapid Turun Langsung Bantu PPIH di Mina

Kitasulsel—Mina, Arab Saudi – Dalam suasana puncak pelaksanaan ibadah haji yang penuh dinamika, tidak hanya petugas teknis yang berjibaku memberikan layanan terbaik bagi jemaah haji Indonesia. Turut hadir dan turun langsung ke lapangan, Tenaga Ahli Menteri Agama RI Bidang Haji, Umrah, dan Hubungan Luar Negeri, Dr. H. Bunyamin M. Yapid, yang menunjukkan keteladanan nyata bahwa pelayanan jemaah haji adalah tanggung jawab bersama, tanpa memandang jabatan ataupun posisi.
Pada momentum puncak Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina), khususnya di Mina yang dikenal sebagai fase paling krusial dalam rangkaian ibadah haji, Dr. Bunyamin tidak sekadar berada di ruang koordinasi atau menjalankan tugas diplomasi antar lembaga. Ia justru memilih terjun langsung ke tengah-tengah jemaah dan petugas. Dalam sebuah peristiwa yang mengharukan, Dr. Bunyamin ikut serta mengantar sejumlah jemaah haji Indonesia yang tersesat kembali ke maktab (tenda) asal mereka. Ia memandu jemaah yang tampak kelelahan dan kebingungan dengan sabar dan tenang di tengah terik matahari dan kepadatan lautan manusia.

“Kita semua adalah pelayan tamu Allah. Di sini, tidak ada jabatan dan tidak ada tahta yang berlaku. Semua harus turun tangan, semua harus melayani,” tegas Dr. Bunyamin saat ditemui usai membantu jemaah yang tersesat, Sabtu (7/6/2025) waktu setempat.
Menurutnya, fase Mina adalah titik paling kritis dalam seluruh rangkaian ibadah haji. Banyak jemaah yang mengalami kelelahan hebat usai perjalanan panjang dari Arafah ke Muzdalifah, dan kemudian harus melanjutkan aktivitas melontar jumrah yang cukup menguras tenaga. Dalam kondisi tersebut, kata dia, kehadiran petugas yang tanggap dan penuh empati menjadi penentu utama kenyamanan dan keselamatan jemaah.

“Jamaah banyak yang kelelahan, namun tetap harus melanjutkan rangkaian ibadah seperti melontar jumrah. Di sinilah peran PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) sangat dibutuhkan secara masif. Pelayanan tidak boleh mengendur, bahkan harus ditingkatkan,” ujar Bunyamin.
Ia menambahkan bahwa sebagai tenaga ahli di Kementerian Agama, khususnya dalam bidang haji, umrah, dan hubungan luar negeri, ia bersama tim merasa terpanggil untuk turut mendukung langsung dari lapangan. “Kami di Tenaga Ahli Menteri tidak ingin hanya memantau dari jauh. Kami harus hadir langsung di titik-titik krusial, dari puncak Armuzna hingga ke proses lontar jumrah di Jamarat. Ini bagian dari ikhtiar bersama agar jemaah merasa benar-benar dilayani dan terlindungi,” katanya.
Langkah nyata Dr. Bunyamin ini mendapat apresiasi dari banyak pihak. Beberapa petugas PPIH di Mina mengungkapkan bahwa kehadiran sosok seperti Dr. Bunyamin memberikan suntikan semangat tersendiri bagi tim di lapangan. “Kami sangat tersentuh melihat beliau turun langsung membantu jemaah. Ini menunjukkan bahwa semangat melayani itu bukan hanya slogan, tapi sudah menjadi tindakan nyata,” ujar salah satu petugas sektor Mina.
Selain membantu jemaah yang tersesat, Dr. Bunyamin juga terlibat dalam peninjauan langsung kondisi tenda, logistik, distribusi makanan, dan kesiapan layanan kesehatan di beberapa maktab. Ia berdialog langsung dengan jemaah dan mendengarkan keluhan mereka untuk segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait.
Melalui tindakan ini, Kementerian Agama RI kembali menunjukkan komitmennya bahwa pelayanan haji bukanlah sekadar urusan administratif atau seremonial, melainkan sebuah amanah spiritual dan sosial yang menyatukan semua unsur dalam semangat khidmat kepada tamu-tamu Allah.
Dengan berakhirnya masa puncak ibadah haji di Mina, diharapkan semangat gotong royong dan kesediaan para pejabat untuk turun langsung ke lapangan seperti yang dicontohkan oleh Dr. Bunyamin dapat terus menjadi budaya kerja dalam penyelenggaraan haji ke depan. Sebab, sejatinya, keberhasilan haji bukan hanya diukur dari angka statistik, tetapi juga dari seberapa dalam para petugas hadir dalam hati dan pengalaman spiritual jemaah.
-
Politics8 bulan ago
Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
-
2 tahun ago
Informasi Tidak Berimbang,Dewan Pengurus KKS Kairo Mesir Keluarkan Rilis Kronologi Kejadian di Mesir
-
11 bulan ago
Tangis Haru Warnai Pelepasan Status ASN Hj Puspawati Husler”Tetaplah Kuat Kami Bersamamu”
-
1 tahun ago
Pj Gubernur Bahtiar Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel di Depan Presiden Jokowi
-
2 tahun ago
Video Menolak Berjabat Tangan Dengan Seorang Warga Viral ,Ketua DPRD Luwu Timur Dinilai Tidak Mencerminkan Diri Sebagai Wakil Rakyat
-
1 tahun ago
IBAS Is Back: Siap Maju di Kontestasi Pilkada Luwu Timur
-
2 tahun ago
Dari Kotamobagu, BMR Anies Bertekat Menangkan Anies Baswedan*
-
1 tahun ago
Duet Birokrat dan Legislatif, NasDem Usung Syahar-Kanaah di Pilkada Sidrap
You must be logged in to post a comment Login