Connect with us

Kementrian Agama RI

Menag RI Nasaruddin Umar: Satu-Satunya Non-Arab dalam Dewan Penasihat Yayasan Milik MBS

Published

on

Kitasulsel—JAKARTA – Prof. Dr. Nasaruddin Umar, tokoh agama Indonesia, ternyata bukan sekadar dikenal karena nilai-nilai dan gagasannya dalam moderasi Islam. Ia juga memiliki posisi istimewa sebagai salah satu dari tujuh penasihat Kerajaan Arab Saudi yang berasal dari luar negeri.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengungkapkan pengalaman menariknya saat pertama kali menerima tawaran tersebut. “Ini juga miracle buat saya. Waktu itu saya sedang menghadiri seminar di Amerika, tiba-tiba saya ditelpon dalam bahasa Arab. Saya tidak tahu siapa yang menelepon. Saya bertanya, ‘Man anta? Who are you?’” ujarnya.

Setelah berbicara lebih lanjut, barulah ia mengetahui bahwa yang menghubunginya adalah perwakilan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman (MBS). “MBS meminta saya untuk menjadi penasihat di Yayasan Darul Hadist di Madinah,” katanya.

BACA JUGA  Hakordia 2024, Menag Tegaskan Komitmen Bersih dari Praktik Korupsi

Nasaruddin mengaku awalnya mengira bahwa undangan tersebut ditujukan untuk banyak orang. Namun, setelah menerima surat keputusan resmi, ia baru menyadari bahwa hanya ada tujuh orang yang dipilih, dan ia satu-satunya yang bukan berasal dari Arab.

“Ketika saya melihat CV saya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dibaca oleh penasihat lain, saya semakin memahami bahwa mereka sangat serius dalam memilih orang yang tepat,” ungkapnya.

Sebagai penasihat, salah satu tugas utama Nasaruddin adalah mempromosikan moderasi Islam. Menurutnya, Arab Saudi menilai Indonesia sebagai negara dengan nilai pluralisme yang tinggi namun tetap hidup dalam kerukunan.

“Indonesia dianggap memiliki poin khusus, sebagai negara yang paling plural tetapi juga paling rukun,” tutupnya.

BACA JUGA  Menag dan Menkes Bahas Sosialisasi Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Sekolah Keagamaan

Dengan posisi ini, Nasaruddin Umar diharapkan dapat berkontribusi lebih luas dalam memperkuat citra Islam yang moderat di dunia internasional. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Dari Golden Age ke Era Digital, Menag Ajak PTKIS Aktif Bangun Peradaban Islam

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) untuk aktif mengambil peran strategis dalam membangun peradaban Islam di era digital. Hal ini disampaikannya saat membuka Seminar Internasional bertajuk “Transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta sebagai Pusat Kajian dan Peradaban Islam Nusantara”.

“Seminar ini membahas hal yang sangat strategis. Saya berharap tema ini bisa diturunkan menjadi langkah-langkah implementatif di masing-masing kampus,” ujar Menag di Universitas PTIQ Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Menurut Menag, perguruan tinggi yang mampu menguasai dan menggunakan teknologi secara proaktif akan menjadi pelopor kemajuan. Oleh karena itu, PTKIS harus siap bertransformasi dan tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi.

BACA JUGA  Menag dan Menkes Bahas Sosialisasi Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Sekolah Keagamaan

Dalam paparannya, Menag juga mengulas dinamika sejarah peradaban Islam. Ia menyebut bahwa dunia Islam pernah berada di puncak kejayaan pada abad ke-6 hingga ke-12 Masehi, yang dikenal sebagai the golden age. Masa ini ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW dan berkembangnya sintesis antara ilmu pengetahuan dan agama.

“Wahyu pertama yang turun adalah Iqra’, bacalah. Ini menjadi simbol lahirnya peradaban baru, di mana sains dan agama bersatu. Pada masa itu, ilmuwan Muslim seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, hingga Ibnu Rusyd tidak hanya ahli di bidang agama, tapi juga di sains dan filsafat,” jelasnya.

Menag menambahkan, semangat keilmuan dan keterbukaan inilah yang membawa Islam pada puncak kejayaan. Sayangnya, fase tersebut mulai meredup sejak penaklukan Baghdad oleh Mongol pada abad ke-13.

BACA JUGA  Tutup Pelatihan Kepemimpinan Nasional, Menag Ingatkan Pentingnya Keteladanan

“Setelah itu, peradaban Islam cenderung mengalami stagnasi. Turki Usmani yang menjadi pusat peradaban Islam kala itu, lebih fokus pada militer dan politik. Kajian keilmuan menjadi parsial dan terlalu didominasi fikih. Sains nyaris tidak berkembang,” terangnya.

Menag menilai, warisan pasca-Mongol itu masih memengaruhi umat Islam saat ini. “Tantangan kita sekarang adalah bagaimana mengaktualisasikan kembali semangat Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban. Islam yang menggabungkan spiritualitas dan rasionalitas, iman dan ilmu pengetahuan,” tegasnya.

Ia mengajak PTKIS untuk menjadi pelopor gerakan kebangkitan peradaban Islam di era modern. “Dari golden age ke era digital, kita harus siap membangun kembali sintesis besar antara sains dan agama. Inilah esensi Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” pungkasnya.

BACA JUGA  Kuota Haji 2025 Tetap Besar, Biaya Lebih Murah: Pemerintah Pastikan Pelayanan Optimal

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (APTIKIS) Indonesia, Maslim Halimin menyebut, seminar ini juga akan diisi oleh Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Pratikno, Rektor Universitas Kebangsaan Malaysia, Ekhwan Toriman, Rektor Universitas Islam Fatoni Thailand, Ismail Lutfi Japakiya, dan Rektor UNU Cirebon, Said Aqil Siroj. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel