Connect with us

Anggota DPRD Makassar Yeni Rahman Harap Semangat Belajar Kartini Bisa Diteladani

Published

on

Kitasulsel–Makassar Anggota DPRD Kota Makassar Yeni Rahman mendorong perempuan agar meneladani semangat Raden Ajeng (R.A) Kartini. Khususnya semangat dalam mengembangkan kapasitas diri.

Menurut Yeni Rahman, R.A Kartini memberikan contoh kepada kaum perempuan untuk terus mengembangkan diri.

Sekalipun R.A Kartini kala itu berada dalam keterbatasan, karena terpaksa dipinyit di usia sangat belia.

“Apa yang bisa kita teladani adalah semangat beliau mengembangkan kapasitas. Perempuan harus meningkatkan kapasitas dengan banyak membaca buku,” kata Yeni Rahman.

Semasa remaja dahulu, R.A Kartini mengembangkan kapasitas dirinya dengan banyak membaca buku. Tema yang paling ia senangi adalah tentang pengetahuan. Ia juga terampil menulis.

“Di mana pada waktu itu, di umur 13 tahun, ia sangat kuat membaca. Dalam masa pinyitannya dia menghabiskan waktunya membaca buku.

Dia rajin untuk mencari informasi dan mengirimkan gagasan ke dunia luar,” sambung Yeni Rahman.

R.A Kartini juga pandai membangun hubungan. Tak hanya kepada sesama orang Indonesia, perempuan kelahiran 21 April 1879 itu juga menjalin pertemanan dengan orang asing. Di antaranya Jacques Henrij Abendanon.

“Dia punya sahabat perempuan, pertemanannya dia bangun sampai luar,” sambung Yenny.

Kemampuan membangun jaringan R.A Kartini tidak lepas dari penguasaan bahasa asingnya sejak remaja. Keterampilan itu pula yang membuatnya bisa menyampaikan gagasan-gagasan kepada Pemerintah Belanda.

Di antara gagasan itu adalah pemberian pendidikan yang sama kepada kaum perempuan. Mengingat saat itu perempuan dianggap diperlakukan tidak adil. Di mana hak-hak mereka banyak ditentukan oleh tradisi dan ideologi patriarki.

Oleh karena itu, sebelum menjalani pernikahan, salah satu syarat yang ia ajukan adalah diizinkan memberikan pendidikan kepada rakyat jelata, khususnya perempuan. Juga menolak dibebani oleh hal-hal yang membuatnya tidak berkembang.

“Sebelum menikah dia mengajukan syarat, yakni diberikan ruang untuk membuka sekolah guna meningkatkan kapasitas perempuan,” ucap Yeni.

Dari kisah R.A Kartini, maka perempuan saat ini harus meningkatkan kapasitas dengan banyak belajar dari buku, melek informasi, tidak kalah penting tetap menjaga keharmonisan keluarga. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Kenapa Perlu Memilih Madrasah dan Pesantren? Ini Kata Menag

Published

on

Kitasulsel–KARAWANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di madrasah dan pondok pesantren. Menurut menag, pembentukan karakter anak sangat penting untuk menjadi anak yang saleh.

“Di sini, para santri saling mendoakan, termasuk untuk orang tuanya. Doa anak saleh adalah doa yang mustajab, bahkan menjadi hadiah berharga bagi orang tua di akhirat,” ujar Menag pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah, Karawang, Minggu, (21/9/25).

Menteri Agama lalu menyampaikan peran penting madrasah dan pondok pesantren dalam melahirkan generasi bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual.

“Madrasah dan pesantren bukan sekadar tempat mencari ilmu, tapi juga tempat menempa akhlak dan spiritualitas, agar lahir generasi yang cerdas akal, emosi, dan batin,”

Acara ini sekaligus peresmian Masjid Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Internasional, Karawang, yang menjadi cabang ke 2 dari Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Cikarang. Turut hadir, Menteri PPPA Arifatul Chairi Fauzi, Staf Khusus Menag Gugun Gumilar, Kepala Kanwil Kemenag Jabar, Kepala Kantor Kemenag Karawang.

Menag menjelaskan keunggulan mendasar madrasah. Menurutnya, madrasah menjadi ruang mengajarkan ilmu sekaligus penguatan akhlak. “Di madrasah dan pesantren, ilmu bukan hanya diajarkan, tetapi juga diamalkan dengan penuh kesungguhan,” ungkapnya.

Menag lalu menyoroti peran guru dan pendidik. Guru, berasal dari bahasa Sanskerta gu (gelap) dan ru (obor), bermakna penerang yang mengusir kegelapan. Namun, menurut Menag, pendidik memiliki peran lebih luas.

“Semua pendidik itu guru, tapi tidak semua guru itu pendidik. Guru bukan hanya mencerdaskan otak, tetapi juga mencerdaskan jiwa dan batin,” jelasnya.

Menag yakin jika para murid dididik dengan baik, maka akan lahir masyarakat yang cerdas secara akal, emosi, dan batin. Dari lingkungan madrasah dan pesantren, tidak hanya akan lahir ilmuwan yang ahli teori, tetapi juga intelek yang mengamalkan pengetahuannya, serta cendekiawan yang ilmunya bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

“Kita tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga harus menerapkan ilmu tersebut, agar para siswa tidak hanya cerdas akal, tetapi juga cerdas emosional dan batin,” ujar Menag.

“Semoga keberadaan Pondok Pesantren Riyadlul Jannah dapat melahirkan generasi anak-anak saleh yang tidak hanya berilmu, tetapi juga mampu membahagiakan orang tua mereka di dunia dan akhirat,” tandasnya. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel