Connect with us

Ahmad Ibrahim Secondary School Singapura Pilih Makassar untuk Overseas Immersion Programme 2024

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Ahmad Ibrahim Secondary School (AISS) Singapura memilih Kota Makassar sebagai lokus untuk Program Overseas Immersion Programme (OIP) 2024, berlangsung pada tanggal 27 hingga 30 Mei 2024.

Untuk diketahui, program Overseas Immersion Programme merupakan program pertukaran pelajar internasional yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar akademik dan budaya di suatu negara.

Selama program tersebut, siswa-siswi AISS mengunjungi berbagai destinasi wisata di Kota Makassar untuk menikmati dan mempelajari budaya lokal. Di antaranya, berkunjung ke Masjid 99 Kubah Asmaul Husna dan menikmati keindahan Pantai Losari dengan berkeliling menggunakan Kapal Pinisi.

Kunjungan ke destinasi wisata sejarah juga menjadi bagian dari agenda. Mereka mengunjungi Leang-Leang, Rammang-Rammang, dan Taman Batu Kampung Laku.

Sebagai bagian dari program, siswa-siswi AISS juga menikmati kuliner khas Makassar. Mereka diajak mencicipi berbagai makanan tradisional seperti Coto Makassar, Pisang Epe, dan Es Pisang Ijo.

Pada kunjungan studi tiru sistem pendidikan, rombongan AISS mengunjungi SMPN 5 Makassar. Mereka disambut oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Muhyiddin beserta kepala sekolah se-Kota Makassar.

Dalam sambutannya, Muhyiddin memperkenalkan tagline Kota Makassar, yaitu “Makassar Kota Makan Enak” dan “Kota Sombere Smart City.”

“Makassar terkenal dengan kekayaan kulinernya yang lezat dan juga sebagai kota yang ramah serta penerapan Smart City. Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan kesan yang mendalam bagi para guru dan siswa Ahmad Ibrahim Secondary School di Kota Makassar,” ucap Muhyiddin.

Dalam kunjungan ini, rombongan AISS tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tentang sistem pendidikan di Makassar, tetapi juga berkesempatan menyaksikan langsung penampilan kebudayaan dari siswa SMPN 5 Makassar.

Para siswa menunjukkan bakatnya dengan Angngaru, tari Paduppa, tarian 4 etnis, serta menampilkan berbagai ekstrakurikuler seperti karate, engrang, lari balok, rangku alu, lompat karet, sepatu roda, pencak silat, dan pramuka.

Wakil Kepala Sekolah AISS, Mr. Benjamin Quek, menyampaikan terkesan dalam kunjungan ini. Ia mengatakan para siswa mendapatkan banyak pengalaman baru tentang keberagaman budaya dan pendidikan di Indonesia khususnya di Kota Makassar.

“Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Kami belajar banyak tentang budaya Indonesia dan cara belajar di sini. Semua orang sangat ramah dan menyambut kami dengan hangat, dan budaya dan kulinernya unik,” katanya.

Ia berharap melamui Program ini, dapat terus berlanjut dan mempererat hubungan antara AISS Singapura dan berbagai institusi pendidikan di Makassar.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Sebut Pesantren sebagai Pilar Peradaban Bangsa

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebut pondok pesantren sebagai lembaga yang telah mengabdikan diri untuk membangun peradaban bangsa selama berabad-abad lamanya. Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber utama dalam kegiatan Dialog Interaktif dan Podcast bersama Pro 3 Radio Republik Indonesia (RRI) secara virtual.

Dialog ini membahas peran strategis Program Prioritas (Protas) Kementerian Agama dalam mendukung suksesnya Asta Cita Pembangunan Nasional. “Pondok pesantren adalah lembaga yang telah mengabdi selama 300 tahun, membangun lahirnya masyarakat yang beradab,” ujar Menag di Jakarta (16/10/2025).

Ia kemudian mengingatkan peran historis pesantren di masa lalu. “Di masa perlawanan penjajahan, pondok pesantren tampil sebagai lembaga perjuangan. Pergerakan santri dan kyai waktu itu sangat luar biasa, dengan semangat ‘mati syahid atau hidup mulia’,” lanjutnya.

Menag menekankan spiritual message yang menjadi inti pendidikan di pesantren. Salah satunya adalah kepatuhan dan kesantunan seorang santri kepada gurunya, yaitu sebuah etika luhur yang diharapkan dapat berdampak luas, menjadi cerminan sikap anak terhadap orang tuanya di rumah.

“Di pesantren, kita melihat para kyai tampil sebagai individu yang berwibawa di hadapan para santri, dan pada saat yang sama, kita menyaksikan bagaimana para santri bersikap santun kepada guru-gurunya. Inilah fondasi utama yang melahirkan cita-cita untuk menciptakan manusia yang adil dan beradab,” paparnya.

Lebih lanjut, Menag menegaskan bahwa pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan umat, melainkan juga sebagai lembaga pembentuk kemandirian dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. “Pesantren telah lama menjadi motor penggerak ekonomi lokal,” katanya.

Ia mencontohkan, bahan-bahan kebutuhan pokok pesantren seperti beras, ikan, telur, hingga tenaga kerja, mulai dari cleaning service sampai guru, banyak didatangkan langsung dari masyarakat sekitar. “Kita tidak perlu lagi repot-repot ke pasar, karena masyarakat setempat yang mendatangkan diri ke pesantren menjual langsung ke dapur”, jelasnya.

“Dengan demikian, di mana ada pondok pesantren, di situlah tumbuh kemandirian masyarakat. Masyarakat pesantren itu bukan bersifat konsumtif, tetapi sangat produktif karena menciptakan kemandirian tersebut,” lanjut Menag.

Menag menggarisbawahi keunggulan pesantren dalam mengajarkan nilai-nilai yang semakin langka. “Dan saya ingin menggarisbawahi bahwa pesantren memiliki keunggulan dalam mengajarkan nilai-nilai yang kini semakin langka, yaitu moralitas yang tinggi, kesantunan yang sangat terpuji, mengasah keimanan, serta mengajarkan kekayaan sosial dan budaya,” pungkasnya.

Pernyataan Menag ini semakin menguatkan komitmen Kementerian Agama untuk terus melindungi dan memajukan institusi pendidikan keagamaan, serta memastikan Program Prioritas Kemenag berjalan optimal demi mendukung tercapainya Asta Cita Pembangunan Nasional yang berlandaskan moral dan peradaban luhur. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel