Connect with us

Tujuh Negara Jajaki Potensi Investasi Japparate

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Makassar Investment Forum (MIF) menutup rangkaian kegiatan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Rakernas Apeksi) XVI. MIF digelar di Hotel Claro Makassar, Jumat (14/7) dihadiri kepala PTSP pemerintah kota di Indonesia dan delegasi dari 10 negara.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto untuk melakukan business matching atau one on one meeting dengan delegasi dari negara lain. Orang nomor satu Makassar itu memperkenalkan sejumlah proyek yang akan dibangun dengan skema investasi.
Di antaranya proyek Japparate Commercial and Tourism Center (JCTC), Makassar Core City Arena (Macca), City Hall, hingga elevated road lanjutan dari tol layang Petta Rani yang akan terhubung ke Anjungan Pantai Losari sepanjang 22-24 km.

Sebelum melakukan one on one meeting atau business matching, Danny melakukan pra bidding proyek JCTC. Khusus untuk proyek Japparate, tujuh negara tertarik untuk menjajaki potensi investasi. Masing-masing Belanda, Korea Selatan, Inggris, Italia, Rusia, Jepang, dan Taiwan.

“Khusus untuk proyek JCTC, Pak Wali Kota melakukan presentasi kepada delegasi tujuh negara ini,” kata Kepala DPM-PTSP Andi Zulkifli Nanda, Jumat (14/7).

Dibandingkan dengan tahun lalu, negara yang mengikuti MIF 2023 lebih banyak, yaitu sepuluh. Sedangkan 2022 hanya delapan negara. Tiga di antaranya adalah Singapura, Australia, dan Jerman.
“Tahun lalu cuma delapan negara, dan tahun ini bertambah dua menjadi sepuluh negara.
Semua negara tetap melakukan one on one meeting dengan Pemkot Makassar, tidak hanya proyek Japparate. Seperti Singapura itu akan berbicara terkait water technologies,” lanjut Andi Zulkifli Nanda.

MIF 2023 memasuki tahun kedua, sebelumnya digelar pada November 2022 lalu dan dihadiri delapan negara. Di antaranya Jepang, Jerman, Australia, Hongkong, Singapura, Korea Selatan, Belanda, dan Inggris.

Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto membuka peluang kepada seluruh delegasi negara untuk menjajaki kerja sama untuk proyek JCTC. Danny Pomanto menyebut nilai investasi proyek revitalisasi Anjungan Pantai Losari itu diperkirakan sekitar Rp5 triliun.

“Kami mengundang investor masuk, Pemkot Makassar siapkan tanahnya. Silakan bangun berapa tahun. Kita menggunakan metode kerja sama Build, Operate and Transfer (BOT),” kata Danny Pomanto.

Lebih jauh dikemukakan, proyek JCTC sejauh ini sudah masuk dalam daftar Investment Project Ready to Offer (IPRO) dari pusat. IPRO ini sebuah status jika proyek dinyatakan sudah clean and clear dan dapat dipastikan minim permasalahan sehingga siap untuk ditawarkan ke para investor.

“Kita sudah masuk di list IPRO. Artinya Japparate ini proyek siap tender,” ucapnya.

Meskipun, kata Danny, untuk Japparate sendiri masih menunggu satu perda, namun secara keseluruhan seperti izin Amdal, sertifikasi lokasi dan kelengkapan ijin lainnya sudah selesai. Ia membocorkan peluang terbesar dinyatakan dari negara Korea Selatan.

“Tadi (kemarin) saya dapat kabar peluang terbesar itu Korea Selatan menyatakan kesiapannya,” bebernya.
Direktur Promosi Daerah kementerian investasi Saribua Siahaan menyatakan dukungan penuh atas proyek Japparate untuk ditawarkan ke investor. “Pasti ketika ada izin kita kawal habis agar investor di Makassar ini tidak terganggu dengan urusan perizinan. IPROnya sudah terbit. IPROnya ini meyakinkan investor untuk tidak takut berinvestasi,” ungkapnya.

Meski demikian, jika sudah ada investor, Saribua mengharuskan adanya kolaborasi antara investor dengan pemerintah setempat. “Jangan sampai dia mau bawa semua pekerja dari luar. Tidak begitu. Kita harus berdayakan pekerja lokal juga,” tandasnya.
Diketahui, Japparate sendiri adalah salah satu proyek strategis Kota Makassar. Japparate atau jembatan layang tiga lantai yang rencananya akan dibangun di kawasan Anjungan Pantai Losari sepanjang 1,6 kilometer.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Tenaga Ahli Menag Bidang Haji dan Hubungan Internasional Hadiri Pamitan Ditjen PHU

Published

on

KITASULSEL—TANGERANG SELATAN – Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 menjadi penutup perjalanan panjang Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama dalam mengelola layanan haji nasional. Mulai tahun 2026, tanggung jawab tersebut secara resmi akan diemban oleh Kementerian Haji dan Umrah.

Sebagai penanda pamitan sekaligus dokumentasi sejarah, Ditjen PHU Kemenag mempersembahkan sebuah karya monumental berupa buku bertajuk “Haji Indonesia Era Kementerian Agama”. Buku ini merekam memori kolektif 75 tahun penyelenggaraan haji oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Peluncuran buku tersebut dilakukan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama yang digelar di Tangerang Selatan, Selasa (16/12/2025). Rilis ditandai dengan penyerahan buku secara simbolis oleh Direktur Jenderal PHU Hilman Latief kepada Menteri Agama Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i, serta Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin.

Momen ini sekaligus menjadi ajang pamitan Ditjen PHU setelah puluhan tahun mengemban amanah besar penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.

“Kami bersyukur pelaksanaan haji terakhir oleh Kementerian Agama dapat berjalan dengan sukses. Tahun depan, penyelenggaraan haji akan dilaksanakan oleh Kementerian Haji dan Umrah,” ujar Hilman Latief.

Hilman mengungkapkan bahwa haji 2025 merupakan salah satu tantangan terberat Ditjen PHU karena kompleksitas persoalan dan dinamika kebijakan yang dihadapi. Namun demikian, pelaksanaannya dinilai sukses. Bahkan, Pemerintah Arab Saudi menilai penyelenggaraan haji Indonesia sebagai yang terbaik sepanjang masa, dengan indeks kepuasan jemaah yang terus meningkat dan berada pada kategori sangat memuaskan.

Menurut Hilman, 75 tahun pengelolaan haji bukanlah waktu yang singkat. Ia mengenang pesan Menteri Agama dan Wakil Menteri Agama bahwa meskipun ke depan penyelenggaraan haji beralih ke kementerian baru, Kementerian Agama tetap memiliki peran penting dalam menjaga memori dan pengetahuan kolektif umat Islam Indonesia tentang haji.

“Hari ini kami persembahkan buku Haji Indonesia Era Kementerian Agama. Mudah-mudahan buku ini dapat sampai ke para Rektor PTKIN, Kanwil Kemenag Provinsi, serta para pemangku kepentingan lainnya sebagai pegangan dan memori kolektif Kemenag,” harapnya.

Selain jajaran pimpinan Kementerian Agama, acara ini juga turut dihadiri oleh Tenaga Ahli Menteri Agama RI Bidang Haji dan Umrah serta Hubungan Internasional, yang selama pelaksanaan haji 2025 lalu menjadi garda terdepan dalam mendukung dan menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji.

Buku Akademik dan Komprehensif

Proses penyusunan buku “Haji Indonesia Era Kementerian Agama” dikoordinasikan oleh Sekretaris Ditjen PHU M. Arfi Hatim bersama tim dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Buku setebal sekitar 2.300 halaman ini ditulis oleh Hilman Latief dan tim dalam waktu relatif singkat setelah berakhirnya musim haji.

Penyuntingan dan pengemasan buku dipercayakan kepada Hadi Rahman dan Oman Fathurahman, filolog terkemuka yang juga dikenal sebagai editor buku Naik Haji di Masa Silam.

“Ini boleh jadi merupakan buku paling tebal dan paling komprehensif yang pernah ditulis tentang haji Indonesia,” ungkap M. Arfi Hatim.

Ia menambahkan, buku ini disusun berdasarkan sumber-sumber primer yang dimiliki Kementerian Agama serta referensi akademik yang kredibel, sehingga memenuhi standar penulisan ilmiah.

Buku tersebut diterbitkan dalam tiga jilid.

  • Jilid I: Dari Masa ke Masa, memuat narasi kronologis penyelenggaraan haji Indonesia dari tahun 1950 hingga 2025.
  • Jilid II: Ekosistem dan Kebijakan, berisi pembahasan tematik dan argumentatif mengenai berbagai kebijakan haji selama 75 tahun pengelolaan oleh Kemenag.
  • Jilid III: Adaptasi dan Inovasi, mengulas perjalanan inovasi dan pembaruan dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.

“Tiga jilid ini memiliki sudut pandang masing-masing, namun merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,” pungkas M. Arfi Hatim.

Dengan terbitnya buku ini, Kementerian Agama berharap warisan pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai pengabdian dalam penyelenggaraan ibadah haji tetap terjaga dan menjadi rujukan penting bagi generasi mendatang.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel