Connect with us

Kementrian Agama RI

Kemenag-BPS Survei Produk Domestik Bruto Syariah di 2026,, Petakan Potensi Ekonomi Umat

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar menyambut rencana kolaborasi strategis dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung potensi dan menyusun Produk Domestik Bruto (PDB) Satelit Syariah. Program ini diharapkan mampu memetakan kekuatan ekonomi keumatan yang nilainya diprediksi dapat mencapai ribuan triliun rupiah.

Hal tersebut Menag sampaikan saat menerima audiensi Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti. Pertemuan ini membahas penyusunan PDB Syariah yang rencananya akan mulai disurvei dan diimplementasikan pada 2026.

Dijelaskan Menag, potensi ekonomi umat sangat besar. Bahkan potensi dari ibadah rutin seperti Kurban saja mencapai Rp38 trilun. Padahal itu baru berasal dari 50% masyarakat yang berkurban. Menariknya, potensi dari ibadah yang bersifat kompensasi seperti Fidyah (dari 10% masyarakat yang tidak bisa berpuasa lagi) pun mencapai Rp2,5 triliun.

BACA JUGA  Dialog Majelis Hukama Muslimin, Menag Ungkap Dua Tantangan Tokoh Agama

“Belum lagi potensi dari Dam (denda), Wasiat, Luqhotah, Aqiqah, uang perceraian (Iwad), dan infaq lainnya yang jika diakumulasikan bisa mencapai Rp500 triliun. Secara keseluruhan, jika semua dana ini didayagunakan dengan baik, total potensinya dapat menyentuh angka Rp1.000 triliun,” tegas Menag.

Kepala BPS Amalia, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari pembahasan keuangan sosial Islam yang telah dirintis melalui kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

“Penyusunan PDB Satelit Syariah ini bertujuan memberikan gambaran akurat mengenai kontribusi sektor keagamaan dan sosial Islam terhadap perekonomian nasional,” ujar Amalia.

Dalam kolaborasi ini, BPS mengajak Kemenag untuk berperan aktif, khususnya dalam aspek regulasi dan sebagai lembaga amil yang memiliki jangkauan hingga ke akar rumput.

BACA JUGA  Menag Ajak Umat Beragama Wujudkan Indonesia sebagai Rumah Besar yang Damai

Menag menyebut bahwa potensi ini sangat luar biasa dan meyakini bahwa belanja keagamaan juga perlu dihitung sebagai bagian dari kekuatan ekonomi.

“Luas wakaf di Indonesia, misalnya, bahkan bisa mencapai dua kali lipat luas wilayah Singapura,” tambahnya.

Zakat dan Pengentasan Kemiskinan

Menag Nasaruddin Umar menggarisbawahi pentingnya menjadikan zakat sebagai kebijakan (polistik) yang efektif untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia. Ia mencontohkan praktik di Malaysia, di mana kwitansi pembayaran zakat dapat menjadi faktor pengurang dalam pembayaran pajak.

“Jika sistem itu diterapkan, 100% masyarakat yang wajib pajak juga akan termotivasi 100% untuk membayar zakat. Kita yakin potensi zakat saja bisa berlipat ganda dari Rp41 triliun,” ujarnya.

BACA JUGA  Menag Perkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta di Forum Lintas Iman Asia

Menag menjelaskan dana tersebut baru berasal dari umat Islam, dan potensi dana dari umat agama lain belum dihitung. “Ini baru dana umat dari umat Islam. Belum kita hitung potensi dana dari umat agama lain, seperti dana penebusan dosa umat Katolik yang masuk ke kas gereja. Melalui sinergi ini, kita bangun Indonesia melalui dana umat,” pungkasnya.

Menag mendorong BPS agar Kemenag dapat dilibatkan secara intensif dalam penyusunan program PDB Syariah. Kemenag siap berperan sebagai pengorganisir utama. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Minta Perayaan Natal Nasional Lebih Berdampak, Menag: Cerminkan Semangat Kebangsaan

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta agar Perayaan Natal Nasional 2025 digelar lebih berdampak dan bermakna, mencerminkan semangat kebangsaan yang inklusif dan damai.

Hal ini disampaikan Menag saat menerima Panitia Perayaan Natal Nasional 2025 di ruang rapat Kantor Kementerian Agama, Kamis (9/10/2025). Audiensi tersebut dihadiri Wakil Ketua Umum Panitia, Devi Taurisa, beserta jajaran panitia dan perwakilan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen.

“Kita ingin perayaan Natal tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi momentum spiritual dan kebangsaan yang memperkuat persaudaraan, solidaritas, dan ketenangan batin seluruh umat,” ujar Menag.

Menag menekankan pentingnya koordinasi yang matang antara panitia, Kementerian Agama, dan lembaga terkait, khususnya dalam penyesuaian agenda dengan jadwal Presiden.

BACA JUGA  Menag Ajak Umat Beragama Wujudkan Indonesia sebagai Rumah Besar yang Damai

“Kita perlu memastikan jadwal Presiden sesuai, karena kehadiran beliau dalam peringatan Natal menjadi prioritas utama. Semua harus dipersiapkan agar berjalan lancar,” tegasnya.

Menag juga mengingatkan agar pemilihan lokasi perayaan memperhatikan kondisi cuaca dan kenyamanan peserta.

“Natal kali ini bertepatan dengan musim hujan. Pilih tempat yang paling aman dan nyaman agar ibadah dan perayaan tetap berjalan maksimal,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Menag mendorong agar panitia menghadirkan ide-ide baru yang kreatif dan menggugah.

“Bisa kita tampilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Tampilkan warna Indonesia yang kuat—solidaritas, toleransi, dan semangat kebangsaan. Itulah pesan utama yang ingin kita tunjukkan kepada dunia,” tutur Menag.

Menag menegaskan bahwa negara berkewajiban hadir dan adil dalam mendukung seluruh kegiatan keagamaan.

BACA JUGA  Dialog Majelis Hukama Muslimin, Menag Ungkap Dua Tantangan Tokoh Agama

“Saya yakin, dengan kerja sama yang baik, Natal tahun ini akan menjadi momentum indah yang memperkuat harmoni antarumat beragama,” ujarnya optimistis.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Panitia Perayaan Natal Nasional, Devi Taurisa, menyampaikan bahwa pihaknya ingin menjadikan perayaan tahun ini lebih tertata dan berdampak.

“Kami belajar dari pengalaman tahun sebelumnya. Penentuan lokasi, jumlah peserta, dan rangkaian acara akan kami finalisasi dengan lebih matang,” jelas Devi.

Dirjen Bimas Kristen, Jeane Marie Tulung, menambahkan bahwa tahun ini akan dihadirkan kegiatan yang lebih luas dan inklusif.

“Selain ibadah dan perayaan utama, kami juga menyiapkan seminar, bakti sosial lintas iman, dan kegiatan olahraga seperti jalan sehat,” ungkapnya.

BACA JUGA  Ramadan Ramah Anak, Menag Ajak Guru dan Orangtua Perhatikan Hak Anak

Dalam forum tersebut, juga mengemuka gagasan untuk mengundang perwakilan negara sahabat tanpa membatasi latar belakang agama, sebagai wujud keterbukaan Indonesia terhadap perdamaian dunia.

Pertemuan ini menghasilkan usulan tema “Natal for All”, yang diharapkan mencerminkan semangat kasih, toleransi, dan persaudaraan lintas iman.

“Perayaan Natal Nasional 2025 harus menjadi wajah Indonesia yang penuh kasih, damai, dan bersatu dalam keberagaman,” pungkas Menag. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel