Connect with us

Kementrian Agama RI

Menag Ajak Gen-Z Jadi Pemimpin Masa Depan

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Rangkaian peringatan tahun baru islam dengan tajuk ‘Peaceful Muharam’ berlanjut dengan keterlibatan Gen-Z, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengaku bahagia melihat Gen-Z saat ikut berpartisipasi aktif dalam memeriahkan tahun baru hijriyah sekaligus memakmurkan masjid, khususnya di Masjid Besar Istiqlal.

“Beberapa waktu lalu, Istiqlal hanya dipenuhi pensiunan menanti kematian. Tapi, dekade terakhir ini justru terbaik, diisi oleh calon-calon penghuni surga lebih awal (pemuda),” ujar Menag dalam tausiyahnya di Masjid Besar Istiqlal, Jakarta, Jum’at (27/6/2025).

Menag menyampaikan bahwa Gen-Z harus menjadi pemimpin yang unggul dan berkualitas sesuai dengan pedoman Al-qur’an surat Al-Qashash ayat 26, Inna khaira manista`jarta al-qawiyyul-amīn.

“Untuk diangkat menjadi pimpinan itu syaratnya ada dua, yakni Al-qawwiyu dan Al-Amin,” ungkapnya.

BACA JUGA  PIII Hadir, Perpaduan Pesantren Tradisional dan Visi Global di Indonesia

Al-qawwiyu diartikan sebagai orang yang memiliki ketegaran, ketangguhan atau kekokohan, sedangkan Al-amin merupakan orang yang terpercaya, Amin sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti aman.

“Orang yang amanah pasti aman, karena meraka adalah orang yang beriman, dan orang itulah disebut Al-amin,” katanya.

Ia turut menjelaskan alasan pemilihan pimpinan bukan dari golongan orang-orang yang pintar atau Al-alim. “Kepintaran itu tidak berbanding lurus dengan prestasi dan perkembangan company atau institusi.

Karakter emosional yang penting untuk dipilih dan yang disyaratkan Tuhan adalah Al-qawwiyu dan Al-Amin,” tambah Menag.

Dalam sesi tanya jawab, Menag menjawab kegelisahan Surya Airlangga, siswa MAN 19 Jakarta selatan terkait cara menjaga keseimbangan kecerdasan intelektual dan spiritual Gen-Z untuk masa depan.

BACA JUGA  Resmikan Masjid Ibadurrahman di Bogor, Menag: Sumber Berkah bagi Lingkungan

“Innaa ‘amalun binniyyah. Kalau ingin hidupnya terang benderang ciptakan algoritma hidup dan sosial media terang, kalau terbiasa gelap maka algoritmanya juga gelap. Jaga pergaulan serta pilih guru yang terbaik,” jawab Menag.

Tak hanya kehadiran Menag, Peacefull Muharam bersama Gen-Z turut menghadirkan Gus Romzy, Koh Dennis Lim serta Angelina Sondakh sebagai pembicara untuk merayakan tahun baru islam dengan cara yang damai, bermakna dan kekinian ala generasi muda. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

BACA JUGA  PIII Hadir, Perpaduan Pesantren Tradisional dan Visi Global di Indonesia

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

BACA JUGA  Bupati Halmahera Utara:Prof Nasaruddin Umar Menag RI Pertama Yang Kunjungi Halmahera Utara Sejak Terbentuk

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

BACA JUGA  Menag RI Apresiasi Inovasi AI TalentDNA Untuk Penghulu: Langkah Konkret Tekan Perceraian

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel