Connect with us

LIPUTAN HAJI 2025

Karyono, Jemaah Haji Difabel Asal Jember, Tunaikan Ibadah Haji dengan Semangat dan Dukungan Sang Istri

Published

on

KITASULSEL—MAKKAH—Semangat dan tekad kuat untuk menunaikan rukun Islam kelima terlihat jelas pada sosok Karyono, seorang jemaah haji asal Kabupaten Jember, Jawa Timur. Meski hanya memiliki satu kaki yang masih berfungsi akibat amputasi, Karyono tetap berangkat ke Tanah Suci bersama rombongan SUB 32, kelompok Rombongan 5, didampingi oleh sang istri tercinta, Kumaiyah.

Menggunakan tongkat dan kursi roda sebagai alat bantu mobilitas, Karyono menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk beribadah. Ia mengandalkan kekuatan doa kepada Sang Khaliq serta dukungan tanpa henti dari istrinya yang setia mendampingi.

“Kakinya sebelah teramputasi, Mas. Namun, alhamdulillah, sejak dari tanah air hingga tiba di Tanah Suci Mekah, selalu diberi kemudahan. Ada istri yang membantu, dan tentu saja bantuan dari petugas haji yang sigap sangat membantu kami,” ungkap Karyono dengan penuh rasa syukur.

BACA JUGA  18 Kloter Mulai Masuk Asrama Haji, Jemaah Jakarta Terbang Perdana

Karyono dan Kumaiyah tiba di Mekah pada Rabu dini hari dan ditempatkan di sektor 10 Misfalla. Sesuai dengan ketentuan penggabungan mahram, keduanya tinggal dalam satu hotel dan berbagi kamar yang sama, demi kemudahan dan kenyamanan selama menjalani ibadah haji.

Kondisinya yang hanya memiliki satu kaki tidak menyurutkan semangat Karyono. Ia percaya bahwa ibadah haji tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik semata, melainkan lebih pada niat tulus dan kesungguhan hati dalam memenuhi panggilan Allah SWT.

“Fisik itu hanya pelengkap. Yang paling penting adalah niat dan keinginan besar saya untuk menunaikan ibadah haji,” tuturnya dengan penuh semangat.

Karyono juga menyampaikan harapan dan doa agar seluruh petugas haji Indonesia, yang selama ini memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah, khususnya difabel dan lansia, senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan. Ia menyadari betul betapa besar peran para petugas haji dalam membantu jemaah yang memiliki keterbatasan fisik.

BACA JUGA  Viral Video Jamaah Jalan Kaki dari Hotel 808 di Makkah, Kepala Sektor 8: “Itu Hoaks, Jamaah Didampingi Petugas”

“Jamaah lansia dan difabel sangat bergantung kepada para petugas haji. Semoga mereka selalu sehat dan kuat dalam menjalankan tugas mulianya,” ucapnya penuh haru.

Kisah Karyono menjadi pengingat bahwa tidak ada batasan untuk beribadah jika niat sudah tertanam kuat. Semoga perjalanan hajinya lancar dan mabrur.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

LIPUTAN HAJI 2025

Jelang Wukuf, Ini Pesan untuk Jemaah Haji Perempuan

Published

on

KITASULSEL—MAKKAH—Wukuf di Arafah adalah momen paling sakral dalam ibadah haji. Di sinilah para jemaah berkumpul, bermunajat, dan memperbanyak doa sebagai puncak dari seluruh rangkaian manasik. Namun bagi jemaah perempuan, ada sejumlah hal khusus yang perlu diperhatikan agar ibadah tetap sah dan terasa nyaman.

Musytasyar dini yang tergabung dalam Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Ny. Hj. Badriyah Fayumi, menyampaikan bahwa haji adalah bentuk jihad bagi perempuan. “Perempuan yang berhaji telah melakukan pengorbanan besar—meninggalkan keluarga, rutinitas harian, dan menempuh perjalanan panjang demi memenuhi panggilan Ilahi,” ujarnya, Sabtu (24/5/2025).

Menjelang wukuf, Badriyah mengingatkan jemaah perempuan untuk memperhatikan lima hal penting berikut ini:

1. Haid Bukan Halangan untuk Wukuf
Banyak perempuan yang bertanya: apakah haid membuat mereka tak bisa ikut wukuf? Jawabannya, tidak. “Perempuan yang sedang haid tetap bisa melaksanakan wukuf. Yang tidak bisa dilakukan hanya tawaf, itu pun bisa dilakukan setelah suci,” terang Badriyah.

BACA JUGA  KKHI Makkah Siap Layani Jemaah Haji dengan Fasilitas Kesehatan Lengkap dan Tenaga Medis Profesional

Kalau haid datang saat baru tiba di Makkah dan waktu sudah mendekati wukuf, jemaah bisa mengubah niat haji dari tamattu’ menjadi qiran. Dengan begitu, mereka tetap bisa ikut wukuf tanpa harus tergesa menyelesaikan umrah lebih dulu. “Niatkan haji qiran, ikuti wukuf, lalu lanjutkan rangkaian ibadah. Umrah bisa dilakukan setelah suci,” tambahnya.

2. Antisipasi dengan Pembalut atau Pampers

Selama wukuf, antrean di toilet biasanya sangat panjang. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Badriyah menyarankan jemaah perempuan mengenakan pembalut atau pampers. “Ini bukan soal kenyamanan semata, tapi juga menjaga kesucian pakaian ihram. Setelah ada kesempatan, barulah bersuci dan mengganti,” jelasnya.

3. Masker dan Aurat Saat Ihram

BACA JUGA  Zahratun Uli Nasroh Jemaah Termuda Kloter 51: Gantikan Sang Ayah Berhaji, Usia Baru 18 Tahun

Secara fikih, perempuan tidak diperkenankan menutup wajah dan telapak tangan saat ihram. Namun dalam kondisi tertentu seperti cuaca ekstrem atau risiko penularan penyakit ISPA, penggunaan masker diperbolehkan. “Kalau demi menjaga kesehatan, itu tidak mengapa. Tapi kalau ingin lebih berhati-hati, bisa membayar fidyah dengan puasa tiga hari atau sedekah kepada enam fakir miskin,” ujarnya.

Adapun membuka jilbab di hadapan sesama perempuan saat ihram tidak termasuk pelanggaran. Namun tetap disarankan menjaga aurat selama ihram sebagai bentuk kehati-hatian dalam beribadah.

4. Hemat Tenaga, Gandakan Ibadah

Menjelang Armuzna, banyak aktivitas fisik menanti. Oleh karena itu, jemaah—khususnya perempuan—dianjurkan menyimpan tenaga. “Kita masih punya waktu dua pekan menuju Armuzna. Gunakan waktu ini untuk ibadah yang ringan tapi berpahala besar, seperti zikir, tadarus, sedekah, doa, sabar, dan pengendalian diri,” pesan Badriyah.

BACA JUGA  Di Tengah Agenda Kerajaan, Menag RI Luangkan Waktu Motivasi Petugas Haji: Kita Pelayan Tamu Allah!”

5. Hindari Perdebatan, Perkuat Keikhlasan

Tak jarang, perbedaan pendapat fikih menjadi bahan perdebatan di kalangan jemaah. Badriyah mengimbau agar hal ini dihindari. “Pilihlah pendapat yang paling menenangkan hati. Jangan habiskan waktu untuk memperdebatkan hal yang tidak perlu. Fokuslah pada niat dan keikhlasan,” tuturnya.

Di akhir pesannya, Badriyah mengajak jemaah perempuan untuk menjadikan wukuf sebagai titik balik spiritual. “Ketika kita lelah berjalan menuju Jamarat, niatkan sebagai langkah menuju Allah. Ketika kita melepaskan kenyamanan saat ihram, niatkan sebagai tanda cinta kepada-Nya. Semoga semua pengorbanan ini mengantarkan kita menjadi haji yang mabrur,” pungkasnya.MCH

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel