Connect with us

Politics

Berbekal Pengalaman yang Matang, Seto-Rezki Nyatakan Siap Wakafkan Diri Untuk Makassar 2024

Published

on

Kitasulsel–Makassar Pasangan Andi Seto Asapa dan Rezki Mulfiati Lutfi menjadi bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar pertama di Sulawesi Selatan yang menggelar deklarasi paslon.

Duet dengan akronim Sehati ini melangsungkan acara deklarasi di Parking LOT Phinisi Point Mal, Jalan Metro Tanjung Bunga, Makassar, Kamis (22/8/2024) malam.

Deklarasi bertajuk “Konser Sehati” itu terlebih dahulu memanjatkan doa bersama yang dipandu dari masing-masing agama, yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Puluhan ribu massa pendukung dari berbagai wilayah di Kota Makassar dan simpatisan pasangan Seto-Rezki menyemut menghadiri deklarasi Sehati.

Sorak sorai yel-yel ‘Adami Sehati’ tak pernah berhenti menggema di lokasi acara. Bahkan, para massa membentang bendera partai pengusung Sehati, ada Gerindra, Nasdem, PAN dan PSI.

BACA JUGA  KPU Makassar Target Sortir Surat Suara Rampung 16 November 2024

Dihadapan massa pendukung, Andi Seto Asapa dengan lantang menyampaikan dirinya bersama Rezki Mulfiati Lutfi siap mewakafkan diri untuk maju dalam kontestasi Pilwali Makassar 2024.

“Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, malam hari ini saya mewakafkan diri bersama Rezki Mulfiati Lutfi untuk maju dalam pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar,” ucap Seto disambut sorak-sorai massa yang hadir.

Menurutnya, Makassar adalah kota dunia yang harus ditata dan dikelola dengan baik oleh orang berpengalaman dan paham terhadap masalah dan kebutuhan masyarakat saat ini.

“Sayang jika kota sebesar ini tak membuatnya nyaman. Berbekal pengalaman yang matang, kami Insya Allah memahami apa yang menjadi kebutuhan masyarakat kita,” ujarnya.

BACA JUGA  Ilham Fauzi Mau Adopsi Program Sumur Resapan Untuk Atasi Banjir Makassar

Hal senada juga disampaikan Rezki Mulfiati Lutfi. Ia menuturkan salam penghormatan dan apresiasi kepada puluhan ribu masyarakat dari berbagai penjuru di Kota Makassar yang hadir.

“Saya sampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kehadiran wargaku dalam acara deklarasi malam ini,” tutur Rezki disambut teriakan “Sehati menang” oleh massa yang hadir.

Kata Rezki, sebagai seorang perempuan yang sudah paham akan realitas terjadi dalam sebuah keluarga dan bermasyarakat, serta apa yang harus didahulukan dan apa yang harus diutamakan.

“Bapak Andi Seto adalah mantan kepala daerah dan saya sebagai anggota DPRD Provinsi. Ini adalah bekal dasar dalam merumuskan program yang dibutuhkan oleh masyarakat,” lugas Kiki-sapaan akrabnya. (*)

BACA JUGA  Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Politics

Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.

Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

BACA JUGA  Appi Andalkan Tim dan Relawan Kerja – Kerja Elektoral di Pilwali

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.

Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.

BACA JUGA  Warga Lautang Benteng Bersatu Menangkan SAR-Kanaah di Sidrap

Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel