Connect with us

Gema Ramadhan di Sidrap Diisi Lomba Hifdzil Quran Diikuti Sekitar 200 Siswa

Published

on

Kitasulsel,Sidrap — Pemerintah Kabupaten Sidrap melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Gema Ramadan 1444 H. Kegiatan mengangkat tema “Kuatkan Aqidah, Perbaiki Akhlak, Sebarkan Kebaikan’, berlangsung selama 10 hari, 5-15 April 2023.

Acara ini dilaksanakan di Pusat Jajanan Kuliner dan Cendera Mata (Pusat Oleh-oleh Sidrap) Kelurahan Bangkai, Kecamatan Watang Pulu, resmi dibuka Asisten Pemerintahan dan Kesra, Muhammad Iqbal mewakili Bupati Sidrap, Rabu (5/4/2023).

Muhammad Iqbal menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Gema Ramadan yang diinisiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidrap.

Menurutnya, kegiatan tersebut sangat bermanfaat sekaligus sejalan dengan visi misi Bupati Sidrap yakni menjadikan Kabupaten Sidrap sebagai daerah yang religius

Iqbal mengingatkan bahwa, tantangan di era sekarang ini sangat berat, olehnya itu diperlukan metode pola asuh anak sejak dini dengan mengajarkan kebaikan dan nilai-nilai islami agar ia menuju ke jalan yang lebih baik.

“Kegiatan ini tentunya sangat bermanfaat bagi anak-anak kita kerena terkait masalah pendidikan akhlak sehingga ke depannya dapat membangun generasi yang lebih cerdas,” tuturnya.

Sementara, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan, Faisal Sehuddin mengatakan, Gema Ramadan ini akan diisi beberapa lomba di antaranya lomba hifdzil quran dan lomba ceramah tingkat SD dan SMP.

“Lomba ini diikuti kurang lebih 200 siswa-siswi tingkat SD dan SMP, selain itu kita juga ada kegiatan pembagian takjil,” terang Faisal.

Pembukaan gema ramadan turut dihadiri sejumlah kepala OPD diantaranya Kapala Bapenda, Muhammad Yusuf, Kadis Perhubungan, H.A. Bahari Parawansa, Kasatpol PP dan Damkar, Usman Demma, Camat Watang Pulu, Andi Surya Praja Hadiningrat.

Selain itu tampak sejumlah unsur Kemenag, Kabag, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas dan beberapa undangan lainnya.(win)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag dan Cendekiawan Kristen Bahas Cegah Intoleransi lewat Kurikulum Berbasis Cinta

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa upaya mencegah intoleransi memerlukan sesuatu yang lebih kuat daripada peraturan pemerintah atau undang-undang.

Hal tersebut disampaikannya saat menerima audiensi dari Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) di Ruang VVIP Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

“Sekalipun ada undang-undang yang paling baik pun juga, itu bukan jaminan. Ada hal yang sangat mendasar, yaitu rasa cinta kepada sesama manusia, cinta kepada Tuhan, dan cinta kepada alam, maka kami kembangkan Kurikulum Berbasis Cinta,” ujar Menag Nasaruddin Umar, Kamis (14/8/2025).

Menurut Menag, regulasi memang penting, namun perubahan perilaku masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan aturan formal. “Tidak mungkin kita bisa merubah perilaku masyarakat tanpa merubah sistem etika masyarakat. Dan tidak mungkin kita bisa merubah etika masyarakat tanpa merubah sistem teologinya,” jelasnya.

Menag juga memaparkan bahwa Kementerian Agama tengah mengembangkan konsep ekoteologi, yang menekankan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.

“Kalau ini sudah disetarakan, kita tidak melihat orang lain sebagai orang lain, tapi sebagai diri kita sendiri. Bahkan alam semesta pun bagian dari diri kita,” tutur Menag.

Badikenita Sitepu, Ketua Umum PIKI, menyambut baik pandangan Menag dan menyatakan bahwa pihaknya juga memandang penting penguatan nilai-nilai kemanusiaan di atas sekat mayoritas-minoritas.

“Bagi kami, keutuhan dan keharmonisan bangsa harus menjadi tujuan utama. Karena itu, apapun yang bisa kita lakukan bersama untuk mewujudkannya, termasuk mempererat hubungan dengan alam, akan kami dukung penuh,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas iman untuk memperkuat toleransi. “Di PIKI, kami sudah bergabung dengan berbagai organisasi cendekiawan lintas agama.

Kami percaya, dialog dan kerja sama yang berkelanjutan adalah jalan terbaik untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan cinta kepada sesama, sebagaimana yang disampaikan Pak Menteri,” kata Badikenita.

Menag Nasaruddin juga mengkritisi praktik pembelajaran agama yang justru menanamkan kebencian kepada pihak berbeda.

Ia menekankan pentingnya kurikulum yang menumbuhkan sikap saling menghargai sejak pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. “Mengajarkan kebencian bukan mengajarkan agama.

Kita ingin generasi yang tumbuh dalam lingkup saling percaya satu sama lain,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa kerusakan alam juga menjadi ancaman serius bagi umat manusia.

“Kalau alam ini tidak damai dengan kita, kiamat akan datang lebih awal. Karena itu, krisis kemanusiaan dan krisis lingkungan harus diatasi bersama,” pungkasnya. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel